Aku bertemu dengan orang yang sangat menarik saat dia berbicara tentang “gender” – jangan tanya apakah dia juga menarik saat bicara tentang hal lain, itu terlalu subjektif kurasa.
Tapi ini kisahku saat pulang dari stasiun central ke kosku di Marrickville. Perjalanan yang biasa saja. Aku sudah mulai terbiasa dengan transport di Sydney yang aku pikir lebih asyik daripada di Jogja.
Karena ada sesuatu di campsie, keretaku terhenti di sydnham untuk waktu yang mungkin agak lama. Banyak sekali penumpang yang turun dari kereta untuk memastikan apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Karena gerbongku di depan aku dan teman-temanku langsung turun dan ke depan, kulihat banyak orang berkerumun di jendela masinis yang sedang member penjelasan.
Dan aku terhenyak (sebenarnya tak sedramatis itu!). karena masinisnya seorang ibu—maksudku wanita!
Ugh.. setelah empat minggu di sini aku tersadar bahwa masinis tidak selalu laki-laki. Dan itu ternyata biasa saja di syny. Apakah ini bias gender atau lebih karena pengaruh kebiasaan-budaya? Atau memang budaya memengaruhi pemikiran bias gender? Atau masalah ini biasa saja..?
(Apa khabar pak Caly?, sorry, kutulis namamu di blog ini)
(dipindah dari http://purtadi.wordpress.com, ditulis tanggal 6 Desember 2008 pukul 10:17 pm )
Tapi ini kisahku saat pulang dari stasiun central ke kosku di Marrickville. Perjalanan yang biasa saja. Aku sudah mulai terbiasa dengan transport di Sydney yang aku pikir lebih asyik daripada di Jogja.
Karena ada sesuatu di campsie, keretaku terhenti di sydnham untuk waktu yang mungkin agak lama. Banyak sekali penumpang yang turun dari kereta untuk memastikan apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Karena gerbongku di depan aku dan teman-temanku langsung turun dan ke depan, kulihat banyak orang berkerumun di jendela masinis yang sedang member penjelasan.
Dan aku terhenyak (sebenarnya tak sedramatis itu!). karena masinisnya seorang ibu—maksudku wanita!
Ugh.. setelah empat minggu di sini aku tersadar bahwa masinis tidak selalu laki-laki. Dan itu ternyata biasa saja di syny. Apakah ini bias gender atau lebih karena pengaruh kebiasaan-budaya? Atau memang budaya memengaruhi pemikiran bias gender? Atau masalah ini biasa saja..?
(Apa khabar pak Caly?, sorry, kutulis namamu di blog ini)
(dipindah dari http://purtadi.wordpress.com, ditulis tanggal 6 Desember 2008 pukul 10:17 pm )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar